WISATA HUTAN MANGROVE DI REMBANG
Potensi Ekonomi dari Wisata Hutan Mangrove di Kecamatan Rembang
Ekowisata
atau ecotorism adalah salah satu
kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek
konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal
serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Wisata alam merupakan suatu aktivitas
untuk menikmati keindahan alam dan membawa pengalaman yang menyenangkan bagi
jiwa dan raga.
Di Kabupaten Rembang tepatnya di Kecamatan Rembang, memiliki potensi hutan mangrove yang sekarang dijadikan lokasi wisata alam. Luas mangrove sekitar 112,230 Ha, yang tersebar di Desa Kabongan Lor, Tireman, Pasarbanggi, Tritunggal dan Purworejo. Spesies mangrove dominan adalah jenis Bruguiera dan Sonneratia. Untuk ekowisata mangrove yang ada di Desa Pasarbanggi juga sudah dikembangkan dengan jembatan kayu sepanjang 400 meter. Saat ini pengunjung mulai banyak meramaikan situs wisata ini, dan secara tidak langsung turut memicu perkembangan kesejahteraan masyarakat pesisir hutan mangrove
Wisata Hutan Mangrove di Desa Pasar Banggi Rembang
Nilai ekonomi wisata
mangrove Rembang, bisa dihitung dengan metode Travel cost methode (TCM). Menurut
Noralen & Shaw (2012) TCM adalah biaya yang dikeluarkan dalam perjalanan
untuk mendapatkan jasa lingkungan yang bersifat rekreasional/bersifat
pariwisata. Biaya ini termasuk biaya transpot, makan, biaya masuk dan biaya
masuk obyek wisata. Menurut Manafi , nilai ekonomi dari suatu kawasan wisata
bisa ditentukan dari daya dukung wisata (DDK) artinya berapa kapasitas maksimal
dari suatu kawasan wisata untuk menerima
pengunjung. Formula untuk menghitung DDK menurut Manafi, 2012 adalah :
Dimana : DDK = Daya Dukung Kawasan Kawasan Wisata
Daya dukung Kawasan Wisata
Mangrove adalah 4 Orang/100 m2 atau setara dengan 400 orang/Ha
|
|
|
|
Dengan menggunakan
metode TCM, didapatkan informasi bahwa pengunjung yang datang ke Kawasan Wisata
menggunakan Mobil sebanyak 30% dan Motor 70%. Biaya yang dikeluarkan oleh
pengunjung yang menggunakan mobil adalah Rp. 20.270,-/Orang dan yang
menggunakan Motor adalah Rp. 18.250,-/orang. Sehingga potensi wisata mangrove
di Kecamatan Rembang adalah 44.892 orang/Tahun dengan nilai ekonomi Rp.
852.948.000,- Melihat hasil perhitungan ini maka cukup besar kontribusinya dari
wisata mangrove untuk menggerakkan ekonomi masyarakat pesisir khususnya yang
berada di sekitar kawasan mangrove.
Metode yang sama
dapat digunakan untuk mengukur potensi wisata mangrove di wilayah peisir yang
lain. Sehingga dengan meningkatnya pengetahuan akan manfaat ekonomi dari hutan
mangrove, diharapkan bisa meningkatka kepedulian masyarakat untuk menjaga
kelestarian hutan mangrove. (kusma.April2017)
Referensi :
Manafi, dkk. 2009. Aplikasi Konsep Daya Dukung Untuk Pembangunan
Berkelanjutan di Pulau Kecil (Studi Kasus Gugus Pulau Kaledupa, Kabupaten
Wakatobi)1. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia
Jilid 16, No. 1: 63-71
Noralene Uy dan R. Shaw. 2012. Valuing Ecosystem
Services. Ecosystem Based Adaptation Emerald Insight : XII(1) :223-238p
Komentar
Posting Komentar