SEJARAH GARAM
Sejarah Garam Konsumsi
Garam adalah
bahan/bumbu masakan yang ditemukan hampir di semua peradaban. Diperkirakan awal
munculnya adalah sejak jaman neolitikum. Reay Tannahill dalam bukunya Food in History menyebutkan bahwa
produksi garam sudah dilakukan manusia pada jaman neolitikum yaitu fase atau
tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur
kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah, pertanian menetap,
peternakan, dan pembuatan tembikar. Tapi penggunaan 'rasa asin' pada makanan
sudah dilakukan manusia seribu abad sebelum manusia memproduksinya pada jaman
neolitikum tersebut. Sebelum ditemukan cara memproduksi garam, manusia
memberikan rasa asin pada makanannya dengan cara diantaranya dengan menggunakan
air laut, akan tetapi rasa tersebut akan segera hilang saat selesai dimasak (dibakar).
Garam mulai diproduksi
secara masal diperkirakan dilakukan pada milenium pertama sebelum Masehi, di
mana pada saat itu sudah berdiri pemerintahan Administratif di China, Dinasti
Ptolemy di Mesir dan Dinasti Sekulus di Persia. Dalam buku Cambridge World History of Food, Kenneth F. Kiple dan Kriemhild
Conee Ornelas menuliskan bahwa pada masa awal produksi garam yang sekarang kita
kenal, yaitu Natrium Klorida (NaCl) dilakukan dengan beberapa metode seperti
dengan menguapkan air laut dengan bantuan sinar matahari, mendidihkan air yang
mengandung garam sehingga terbentuk lapisan garam sampai ke penambangan garam
yang sudah membatu karena proses alam di sumber-sumber air garam.
Pada zaman yunani kuno
sebegitu pentingnya garam dalam kehidupan, Plato menggambarkan garam sebagai
"Sebuah material yang dicintai dewa", Aristoteles menulis bahwa garam
adalah hadiah musim semi yang berasal dari dewa dan homer menyebut garam
sebagai "wahyu Ilahi". Pada masa Romawi Kuno, harga garam sangat mahal.
Oleh karena mahalnya garam pada masa itu lalu dipakai untuk membayar gaji para
pekerja dan prajurit dengan salarium (garam). Istilah salarium (Latin) yang
maksudnya ‘garam’ itu dipakai untuk gaji yang kemudian diambil dalam bahasa
Inggris salary. Lucunya garam dalam bahasa Inggris kuno adalah ‘sealt’. Bila
kita hilangkan dua huruf terakhir –lt, kita akan dapatkan kata ‘sea’ yang
artinya laut. Mungkin juga maksudnya begitu karena air laut rasanya asin dan
garam berasal dari laut.
Sejarah garam di nusantara
Butiran sejarah garam
di nusantara ini yang juga pernah disebutkan Denys Lombard sepertinya masih
harus dituliskan karena dalam Encylopaedie Nederlandsch Indie dibawah entri
zout (garam) tidak memberikan keterangan apa pun mengenai sejarah garam sebelum
abad ke-19. Padahal, jauh sebelumnya menurut beberapa catatan disamping gula
kelapa, asam, terasi, ikan asin, bawang merah dan bermacam-macam bumbu, garam
merupakan salah satu komoditas makanan dan bumbu-bumbuan yang dibawa para
pedagang yang lebih profesional serta memiliki jangkauan yang lebih luas di
Jawa. Hal ini dapat ditemukan dalam prasasti abad IX-X Masehi. Dalam hal ini
garam yang diperoleh dengan cara kuno erat kaitannya dengan proses pengawetan
ikan (ikan asin) pada masa itu Monopoli pemerintah kolonial tidak hanya di Jawa
dan Madura, monopoli meluas ke beberapa distrik di Sumatra dan hampir seluruh
Borneo (Kalimantan). Sementara itu di barat daya Sulawesi pembuatan garam masih
berada di tangan pihak swasta (Handbook of the Netherlands Indies 1930:121).
Pada Zaman Jepang ketika produksi garam di Pulau Jawa berhenti, penduduk
Sumatra ramai-ramai merebus air laut untuk mendapatkan garam. Pada 1957
monopoli garam dihapus. Garam negara pun berubah menjadi perusahaan negara pada
1960 (Cribb 2004: 382).
Sumber
Pustaka :
Clark, V.L.,2009, Food
Inggredient, http://www.vlclark.com/foodaddive.html, diakses tanggal 25
Februari 2011
SaltInstitute,.2011.http://www.saltinstitute.org/Productionindustry/Production.html.
diakses tanggal 20 Februari 2011
Komentar
Posting Komentar